Sail & Dinner : Sunda Kelapa The Beginning | Part I

Rabu, Februari 12, 2020 0 Comments A+ a-

Sail & Dinner : Sunda Kelapa The Beginning | Part I. Weekend bingung mau kemana?  Bosan hanya menikmati weekend di rumah atau mall saja? Nah, saya weekend lalu ikut berpetualang bersama teman-teman peserta trip dari Indonesia Hidden Herritage loh! Menelusuri sejarah peradaban Jakarta di Museum Sejarah Jakarta, naik perahu dan menikmati jejeran kapal pinisi serta tower kembar di Sunda Kelapa. Serta makan malam mewah dengan pemadangan Teluk Jakarta yang memanjakan mata. Mau tahu keseruan dan foto-foto perjalanannya? Yuk simak ulasan bagian pertama!


     Jakarta sebagai Ibukota Negara memiliki sejarah panjang dalam pembentukannya. Dahulu Jakarta dikenal dengan beberapa nama. Yaitu diantaranya ; Sunda Kelapa (397-1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia (1619-1942) dan Jakarta/Ibukota Jakarta/Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1942-sekarang). 

     Jakarta merupakan pusat bisnis, politik dan kebudayaan. Oleh karena itu banyak museum yang ada di ibukota Jakarta. Salah satunya adalah Museum Sejarah Jakarta. Selain museum, tak jauh dari sana, ada pelabuhan Sunda Kelapa yang masih ada. Lalu ada pula restoran peranakan yang bernama Marina Batavia, berdiri di bangunan tua peninggalan Belanda. Dengan pemandangan Teluk Jakarta dan pelabuhan Sunda Kelapa yang menawan. 

   Saya menjadi salah satu peserta dalam trip Sail & Dinner : Sunda Kelapa The Beginning yang diadakan oleh komunitas Indonesia Hidden Herritage yang saat ini digawangi oleh Mbak Nova, Mbak Ophie serta Mbak Wulan. Mereka memiliki hobby yang sama yaitu travelling dan mencintai sejarah Indonesia. Nah apa saja benda-benda bersejarah dan kisah dari perjalanan kami ke Museum Sejarah Jakarta? Berikut penelusurannya!

Baca juga : Wisata Narsis Di Cirebon Waterland Ade Irma Suryani


Meeting Point Museum Sejarah Jakarta

    Sail & Dinner : Sunda Kelapa The Beginning oleh Indonesia Hidden Heritage diadakan pada hari Sabtu, 08 Februari 2020. Meeting Point pukul 14.45 WIB di Museum Sejarah Jakarta yang bertepat di Kota Tua, Jl. Taman Fatahillah No. 1 Jakarta. Hari sabtu sore cuacanya cerah dan matahari terik menyinari kota Jakarta dan sekitarnya termasuk Bekasi, tempat saya tinggal. 

    Karena saya tinggal di Bekasi, maka transportasi yang menurut saya paling mudah adalah Commuter Line (KRL). Dari Stasiun Cakung hingga Stasiun Jakarta Kota kurang lebih ditempuh dengan waktu 50 menit. Kereta berhenti di Stasiun Jakarta Kota antara jalur 11 & 12 yang tidak jauh dari pintu keluar. Buat kamu yang tinggal di daerah Depok ataupun Bogor, bisa juga naik Commuter Line dan turun di Stasiun Jakarta Kota. Selain itu juga ada Transjakarta yang bisa memudahkanmu datang ke Kota Tua tanpa repot membawa kendaraan pribadi.


    Dari Stasiun Jakarta Kota, saya berjalan melewati terowongan untuk menuju Museum Sejarah Jakarta. Sekarang terowongan tersebut sudah lebih bersih dan rapi, banyak pedagang yang berjualan disana. Setelah menaikki tangga dan tepat diseberang Stasiun, ada Museum Bank Mandiri. Ambil arah kanan melewati Museum Bank Indonesia serta menyebrang sedikit sudah sampai di Museum Sejarah Jakarta.

     Kurang lebih 5 menit saya menunggu, beberapa peserta sudah hadir. Diantaranya ada peserta dari Holland bernama Cheryl yang memang sedang berada di Indonesia untuk urusan pekerjaan. Peserta lainnya juga tak mau ketinggalan untuk berswafoto bersama.

Baca juga : Tips Aman & Nyaman Melakukan Perjalanan Dengan Kereta Api Malam



Padroa Sunda Kelapa (Prasasti Kuno di Museum Sejarah Jakarta)

     Museum Sejarah Jakarta atau yang sering kita kenal dengan nama Museum Fatahillah adalah sebuah museum yang terletak di Jl. Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat. Total luas museum ini lebih dari 1300 meter persegi. Dengan arsitektur bergaya Neoklasik dengan pekarangan bersusun conblok dan kolam dihiasi pohon tua.

     Museum Sejarah Jakarta dahulu adalah Balai Kota (Stadhuis) Batavia yang dibangun tahun 1707-1712 atas perintah Gubernur Jenderal Joan Van Hoorn. Pembangunan gedung ini sendiri sudah dimulai sejak era Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon pada tahun 1620. Bangunan ini terdiri dari bangunan utama dengan dua sayap dibagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan  dan ruang-ruang bawah tanah yang digunakan sebagai penjara.

Pintu Keluar Museum Sejarah Jakarta

    Museum Sejarah Jakarta memiliki 23.500 barang koleksi bersejarah baik dalam bentuk asli maupun replika. Koleksi tersebut dipamerkan diberbagai ruangan diantaranya; Ruang Prasejarah, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Sultan Agung dan Ruang MH.Thamrin. Hanya sekitar 500 koleksi saja yang ditampilkan ke publik, sedangkan sisanya ada di dalam ruang penyimpanan. Koleksi akan dirotasi berkala sehingga dapat dilihat oleh para pengunjung.

     Keberadaan masa Prasejarah di Jakarta ditandai dengan ditemukannya benda-benda sederhana seperti peralatan batu, peralatan logam, perhiasan dan gerabah. Artefak tersebut ditemukan melalui beberapa penggalian para arkeologi dan hasil survey diberbagai tempat yaitu sepanjang tepi sungai Ciliwung (Condet, Pasar Minggu, Kampung Keramat), Buni, Kelapa Dua, Bukit Kocong.

     Kamu bisa melihat replika dari pembangunan awal dari Sungai Ciliwung di Jakarta. Ada juga lukisan yang menggambarkan bagaimana kondisi masa Prasejarah Jakarta. Lokasinya tidak jauh dari pintu masuk Museum. Kalau kamu berkelompok, di pintu masuk, kamu bisa minta didampingi oleh salah satu Guide dari Museum Sejarah Jakarta yang akan menjelaskan detail koleksi apa saja yang ada di Museum.

Peta Pembangunan Batavia

     Masuk lebih dalam ke dalam Museum, ada bagian Ruangan Tarumanegara. Dimana ditampilkan sejarah adanya tulisan serta banyaknya prasasti kuno. Budaya tulis di Indonesia sendiri dibawa oleh orang-orang India, mereka datang sekitar 4 atau 5 M. Kedatangan mereka juga membawa budaya serta agama (Hindu Budha). Oleh karena itu, jejak masa klasik di Jakarta dibuktikan oleh keberadaan beberapa prasasti, catatan dari sumber asing serta seni pahat. Di Museum Sejarah Jakarta, kamu bisa melihat Prasasti replika yang dipamerkan. Untuk Prasasti dan beberapa seni pahat yang asli tersebar di beberapa Museum.

Prasasti Perjanjian Sunda - Portugis

     Pada tanggal 22 Juni 1527, Sunda Kelapa direbut oleh Pasukan Muslim yang merupakan gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah. Tanggal direbutnya Sunda Kelapa tersebutlah yang sekarang menjadi tanggal hari jadi Kota Jakarta. Fatahillah pun saat itu mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Jejak dari Masa Islam di Jakarta dibuktikan dengan adanya peninggalan arkeolgoi pada masjid-masjid Tua di Jakarta. Untuk yang ada di Museum Sejarah Jakarta sendiri adalah Meriam Cirebon dan Mimbas Masjid Kampung Baru.

Jejak Gajah milik Pangeran Jayakarta

     Masa kolonial adalah masa dimana Indonesia dijajah oleh Bangsa-Bangsa Eropa khususnya Belanda. Belanda sendiri mulai berkuasa pada tanggal 30 Mei 1619. Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang merebut serta membumihanguskan Sunda Kelapa. Saat itu Sunda Kelapa dipimpin oleh Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Batavia sendiri menjadi nama pengganti dari Sunda Kelapa yang disematkan oleh Gubernur Jan Pieterszoon Coen.

     Jejak peninggalan masa kolonial Belanda banyak terdapat di Jakarta. Diantaranya, Tembok Kota Batavia, Benteng, Gereja, Perlengkapan Perang, Gedung-Gedung, Senjata dan Karya Seni. Yang ada di Museum Sejarah Jakarta saat ini diantaranya Lukisan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, Lukisan penyerangan Mataram ke Batavia, Pedang Eksekusi, Patung Dewa Hermes, Patung Singa, Lemari Sketsel, Lemari Buku Besar, Meriam Si Jagur dll.

Miniatur Kapal Belanda
 
     Di lantai 2 terdapat perabotan dan peninggalan Belanda berupa tempat tidur, mebel serta lukisa-lukisan. Ada juga jendela-jendela besar dan tinggi yang jika dibuka langsung menghadap alun-alun. Konon katanya, jendela besar ini oleh pejabat-pejabat Belanda digunakan untuk mengintip ataupun melihat eksekusi tahanan yang dilakukan di tengah alun-alun. Wow, cukup mengerikan ya!

     Karena tidak sempat ke lantai 2, saya dan rombongan menuju ruang bawah tanah dimana terdapat penjara. Kami hanya melihat penjara bawah tanah khusus untuk laki-laki, karena penjara bawah tanah untuk perempuan ada disebrang alun-alun dan agak jauh. Melihat ruangan penjara yang sempit dan lembab, membuat bulu kuduk saya merinding. Saya tidak berani masuk ke dalam, hanya melihat beberapa bandul besi dan belenggu yang masih ada. Benda-benda tersebut digunakan untuk para tahanan. Tidak jauh dari penjara bawah tanah, ada sebuah Sumur Tua yang sudah direnovasi. Ternyata sumur tersebut dahulu digunakan sebagai sumber air minum bagi para tahanan. Petugas jaga yang mengambil air tersebut untuk para tahanan pria. Bahkan Pangeran Diponegoro pun pernah ditahan di penjara bawah tanah ini sebelum beliau di asingkan, termasuk juga Cut Nyak Dien.

Mural oleh Pelukis Harijadi Sumodidjojo & S. Sudjojono

     Ruangan terakhir yang kami kunjungi adalah sebuah ruangan dengan luas 200 meter persegi dimana terdapat Mural besar yang menutupi dinding tembok. Dahulu ruangan ini digunakan sebagai tempat pertemuan para pejabat. Gambar mural ini dibuat oleh Pelukis Indonesia bernama Harijadi Sumodidjojo bersama S.Sudjojono pada tahun 1974. Mural ini menceritakan tentang kondisi Kota Jakarta dari tahun 1880-1920. Sayangnya, mural ini belum selesai karena pelukisnya meninggal dunia.

     Walau mural ini belum selesai dibuat, tetapi sketsa dari lukisan ini sudah menutupi semua tembok ruangan. Memang hanya bagian tengah saja yang sudah berhasil dibuat lukisannya dengan eksotik dan bagus. Sehingga kami dan rombongan pun berfoto bersama dengan latar mural ini.

Bersama peserta Trip Sail & Dinner : Sunda Kelapa The Beginning 08.02.2020

     Selesai sudah perjalanan saya dan rombongan mengelilingi Museum Sejarah Jakarta. Walau waktunya singkat, tetapi saya sendiri jadi belajar tentang peradaban di Jakarta. Apalagi dipandu oleh Tour Guide yang sangat sabar dan jelas memberi penjelasan kepada kami. Koleksi museum bukan hanya benda mati tetapi yang dipamerkan disebuah ruangan. Akan tetapi merupakan benda budaya yang juga menjadi saksi dan bukti sejarah berdiri.


    Jika kamu hendak mengunjungi Museum Sejarah Jakarta, pastikan menjaga ketertiban ya. Jangan berisik dan perhatikan saat Guide menerangkan. Karena sayang sekali jika informasi sejarah Jakarta terlewatkan. Jangan juga memegang benda-benda koleksi yang dipajang. Jangan makan dan minum di dalam ruang pameran, karena di luar sudah ada kantin untuk kamu yang lapar dan kehausan. ?Dan juga pastikan membuang sampah pada tempatnya ya.

     Karena artikel tentang Sail & Dinner : Sunda Kelapa The Beginning saya bagi menjadi dua bagian, jadi pastikan kamu mengikuti perjalanan saya dan rombongan Indonesia Hidden Heritage ya. Di Part II akan ada keseruan dan foto-foto menarik lainnya. Bisa jadi referensi kamu berlibur sambil belajar. Terima kasih telah membaca artikel ini! Sampai jumpa diartikel selanjutnya...



Informasi Tentang Museum Sejarah Jakarta

Lokasi : Jl. Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat | Klik MAP Museum Sejarah Jakarta ]

Telepon (Reservasi) : 021 - 6929101

Jam Operasional : Senin TUTUP
                              Selasa - Minggu Pukul 08.00 - 17.00 WIB

Tiket Masuk : Dewasa Rp. 3.750
                       Anak-anak Rp. 1.500


Tentang Komunitas : INDONESIA HIDDEN HERITAGE (IHH)